counters

Rabu, 14 Mei 2014

Sejarah Mesir Kuno







Sejarah Mesir Kuno

Benua Afrika yang begitu luas, ternyata sudah nampak mengenal suatu peradaban maju sejak ribuan tahun yang lalu. Peradaban tertua yang dikenal sebagai peradaban Mesir Kuno itu patutlah dimasukan sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia, disamping Tembok Raksasa Cina, Candi Borobudur di Indonesia, Kebudayaan Citizen-Itza di Amerika, Colouseum di Roma, Menara Piza di Itali, serta kebudayaan Mesopotamia di lembah sungai Trigis dan Eufrat. Betapa tidak ! Berdasarkan temuan-temuan yang amat banyak dan bernilai, peradaban Mesir tersebut sudah mencapai tingkat yang sangat maju dibandingkan dangan peradaban yang ada di wilayah-wilayah lain di dunia. Pengatahuan kita mengenai suasana peradaban masa itu yang agung menjadi suatu hal yang patut kita miliki, demi memahami sejarah peradaban di dunia.
Dengan seringnya bencana banjir yang di timbulkan Sungai Nil, ternyata membawa hikmah bagi penduduk Mesir sepanjang tepian sungai tersebut. Mereka belajar dari pengetahuan pahitnya dan dengan penuh kreasi serta kepiawaian yang tinggi membangun lingkungan hidupnya menjadi suatu peradaban yang menakjubkan. Hal tersebut menggugah penelitian masa kini untuk terus berusaha menyingkap misteri peninggalan-peninggalan karya agung zaman Mesir Kuno. (Achadiati S,1988:3)
Mesir adalah negeri dengan kondisi geografi yang keras terletak di Timurlaut Afrika, negeri ini sebagian besarnya di penuhi dengan gurun pasir tandus yang terbentang ratusan mil dari segala penjuru. Hampir semua orang Mesir Kuno tinggal di lembah Sungai Nil. Dari dataran tinggi Ethiophia di Selatan, Sungai Nil mengalir menuju laut Mediterania di Utara. Di lembah inilah terbentang tanah subur yang diairi Sungai Nil, dan dimana orang-orang Mesir Kuno membangun peradaban besar pertama di dunia. (Don Narto,2011:v-vi)
Maka, potensi sosial, budaya, ekonomi dan agama di Mesir Kuno sebagai salah satu peradaban besar di bumi dirasa penting untuk dipaparkan. Betapa panjang dan sulit lika-liku yang dihadapi manusia khususnya Mesir Kuno guna mencapai kejayaan di segala bidang budaya.
KEHIDUPAN MASYARAKAT DAN KELUARGA ORANG ORANG MESIR
Pada umumnya bangsa mesir bermatapencaharian sebagai petani. Hasil pertanian mereka adalah Gandum dan padi-padian untuk roti dan bir , dan rami untuk membuat kain. Selain itu mereka juga memelihara hewan ternak dan hewan pengangkut beban seperti unta. Mereka memberikan sebagian hasil panen tahunan ke kuil setempat sebagai pajak. Pendidikan hanya diberikan kepada laki-laki
Seperti yang lazim berlaku dalam kehidupan keluarga, maka orang Mesir juga mengutamakan monogami. Tetapi poligami juga diperkenankan Orang Mesir mengikuti tradisi keturunan menurut garis ibu (matrilineal), sehingga kadang-kadang anak perepuan tertua mewarisi semua gelar keluarga yang dimilikinya. Kedudukan wanita sangat baik, bahkan dalam bidang perdagangan Negara berada ditangan wanita.
Standar hidup bagi setiap kelompok masyarakat di Mesir berbeda-beda. Raja dan pendeta (termasuk para bangsawan) tinggal ditempat tempat yang megah. Rumah mereka terbuat dari batu bata yang dikeringkan. Juga dilengkapi dengan perabotan rumah yang mewah, kebun-kebun yang indah, dan kolam renag serta makanan yang lezat.
Sebagian besar waktu orang Mesir dari golongan bangsawan dihabiskan untuk berolahraga, bermain music, menari dan berlayar. Khusus kaum pria berburu dan memancing tidak ketinggalan. Selain itu mereka juga sangat rajin dalam membaca dan menulis. Banyak di antara mereka mempunyai koleksi buku-buku pedoman upacara agama dalam perpustakaan.
Kehidupan para bangsawan tidak lepas dari pengabdian terhadap raja. Mereka kerap kali memimpin ekspedisi militer dan mengawasi pembangunan Negara. Secara rutin mereka mempelajari tata Negara dan terjun dalam kegiatan masyarakat. Golongan lain dalam masyarakat terdiri dari tentara, juru tulis, tukang, petani dan budak.
Dalam Zaman Kerajaan Baru kedudukan tentara sangatlah penting, sebagaimana ketika berperang melawan bangsa Hiksos, Rakyat Mesir menghormati kedudukan tentara yang dapat dipakai pula sebagai jenjang untuk meraih status yang lebih tinggi dalam tata pemerintahan. Namun begitu rakyat Mesir enggan menjadi tentara, karena kehidupan yang cukup makmur dalam masyarakat. Mereka lebih senang menyewa tentara bayaran untuk mempertahankan Negara mereka. Sudah barang tentu ini tidak menguntungkan bagi Negara karena suatu penghianatan sewaktu waktu dapat terjadi.
Setiap orang mempunyai kesempatan menjadi juru tulis. Pendidikan seorang juru tulis sangat berat dan sulit. Seorang calon juru tulis ditempatkan didalam kuil, sekolah istana dan sekolah sekolah kampung. Pengajaran yang diberikan adalah menyalin kutipan secara berulang kali, baik berupa karya kesusasteraan klasik maupun surat-surat dan daftar nama barang-barang. Pelajaran yang lain adalah geografi, bahasa asing, ilmu hitung dan sejarah. Lulusan sekolah juru tulis dibutuhkan oleh masyarakat sehingga tamatannya menempati kedudukan yang penting didalam masyarakat tanpa melihat keturunan.
Kaum tukang terdiri dari para ahli dan seniman sejati. Keadaan hidupnya jauh lebih baik daripada golongan para petani. Para tukang rapat hubungannya dengan golongan tingkat atas, seperti Firaun, bangsawan dan pemimpin tentara, karena itu pekerjaan para tukang tergantung pada mereka. Pembuatan istana, makam dan bendungan banyak menyerap tenaga tukang terutama dalam menata keindahan bentuk bangunan. Dan juga mereka sudah pandai membuat meubel, gelas, keramik, sudah mengenal pakaian sutera. Sedangkan untuk pekerjaan kasar yang mengerjakan ada tenaga tersendiri. Dalam bidang pertukangan lebbih banyak mengarah kepada seni. Penggunaan logam sudah agak meluas, misalnya emas dan perak untuk mahkota dan perhiasan lainnya.
Sebagian besar petani Mesir adalah petani penyewa dan penggarap. Pemilikan tanah sepenuhnya berada ditangan raja, dan kaum bangsawan. Tanah kuil menjadi milik para pendeta. Ketergantungan petani terhadap tuannya sangat besar sehingga mereka tidak memperdulikan pembagian hasil panen yang tak adil. Sikap pasrah terhadap keadaan tercermin dalam kehidupan petani sehari hari. Rumah mereka hanya berupa pondok yang kecil dan makanannya sederhana sekali, seperti roti, gandum dan sayur sayuran.
Setiap kerajaan kuno tidak dapat dipisahkan dari perbudakan. Peperangan atau penaklukan suatu wilayah akan menyebabkan banyaknya budak sebagai pampasan perang. Di Mesir juga demikian, para budak jumlahnya sangat meningkat pada Zaman Kerajaan Baru. Mereka diperkerjakan ditambang-tambang, sebagai pelayan-pelayan kerajaan atau pelayan para bangsawan.
PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN MESIR
Pertanian di Mesir sangat penting. Tanaman penghasil yang banyak dijumpai adalah gandum, jelai dan sorgum. Untuk memenuhi kebutuhan lemak maka kacang-kacangan merupakan tanaman yang pokok. Tanaman tersebut ditanam dikebun-kebun yang juga ditanami tumbuhan tumpang sari, seperti bawang, tumbuhan penyedap makanan dan buah-buahan. Apel dan anggur juga ditanam untuk memenuhi kebutuhan kaum bangsawan. Peternakan sudah dikenal, seperti peternakan lebah untuk diambil sebagai pemanis karena gula belum dikenal. Dalam bidang peternakan yang paling istimewa adalah peternakan ungags karena ditempat-tempat lain belum dijumpai hal semacam itu. Peternakan itu menunjang pertanian. Sistem irigasi sangat berkembang dengan baik. Untuk menyuburkan tanaman maka para petani menggunakn pupuk kotoran hewan dan debu fosfat.
Orang-orang Mesir tidak begitu tertarik pada perdagangan, tidak seprti orang-orang Babilonia. Pengaturan dagang orang-orang Mesir berbeda. Kerajaan memonopoli perdagangan ekspor dan impor. Raja juga memerintah diadakannya ekspedisi ke tempat-tempat tertentu seperti ke Sinai, Funisia dan Sudan. Ekspedisi tersebut kembali ke Mesir dengan membawa barang-barang. Pembayaran dilakukan dengan emas jika terjadi perdagangan antar negara dalam jumlah yang besar. Jika jumlahnya kecil mereka menggunakan cara barter.
TATANAN ILMU PENGETAHUAN
ASTRONOMI DAN MATEMATIKA
Dalam bidang ilmu pengetahuan, orang Mesir lebih menyukai praktek daripada teori-teori. Ilmu astronomi biasanya, dipergunakn untuk menentukan hari-hari penting bagi kegiatan keagamaan. Matematika dan geometri berasal dari kepentingan mengukur tanah. Sarjana-sarjana Mesir mempunyai kepandaian yang luar biasa dalam geometri, tetapi mereka tidak membukukan hasil-hasil pemikirannya. Pada ilmu hitung atau Aritmatika orang Mesir telah mengenal empat dasar hitungan, yaitu penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Tetapi bilangan pecahan masih belum dipraktekkan dalam hitungan karena proses menghitungnya masih rumit. Aljabar sudah dipergunakan walaupun masih sederhana, seperti di Babilonia.
KEDOKTERAN DAN PENGOBATAN
Dalam bidang kedokteran cara pengobatan masih berbaur dengan ilmu sihir. Penyakit menurut kepercayaan Mesir disebabkan oleh dosa, karena itu yang dipanggil terlebih dahulu untuk mengatasi penyakit adalah tukang sihir dan pendeta. Jika tidak dapat diatasi barulah tabib dihubungi. Akhirnya kedua profesi itu menjadi satu, tabib merangkap sebagai pendeta atau tukang sihir.Walaupun demikian sudah digunakan akal atau pikiran dan obat pun telah dikenal.
Himpunan pengetahuan ada juga yang ditulis dalam papyrus sebagai buku pedoman untuk dipraktekkan dan diajarkan dikuil. Diantara karya-karya tersebut yang masih tersimpan adalah buku pelajaran tentang pengobatan untuk mengatasi cedera. Buku itu ditemukan oleh Edwin Smith sorang ahli sejarah Mesir berkebangsaan Amerika. Selain itu juga ditemukan relief-relief papyrus yang merupakan pegangan belajar bagi dokter umum. Ditemukan oleh Ebers sebuah buku yang isinya tentang pembedahan, anatomi tubuh, kedokteran dan uraian tentang farmasi.
KARYA SENI
PUNCAK KEJAYAAN SENI ARSITEKTUR MESIR
Ketika dinasti ke-12 memerintah maka suatu pembaharuan penting dilaksanakan, yaitu pembukaan tanah-tanah baru didarah Faiyum dan membangun irigasi di Delta, ibukota yang baru. Kemudian disebelah barat (sekarang disebut Faiyum). Lalu melalui sebuah jurang, lembah tersebut dihubungkan dengan lembah Sungai Nil. Jika Sungai Nil banjir, lembah-lembah itu akan dipenuhi oleh air. Jika banjir mereda maka air-air itu akan kembali ke sungai dengan meninggalkan lumpur di daerah Faiyum. Tanah ini dipergunakan untuk pertanian. Amenhotep III membangun sebuah dam, dan pintu air dijurang yang memungkinkan air dapat diperoleh secara teratur. Di Faiyum tambak atau pematang-pematang dibuat dan diperbaiki mencapai luas 2700 are diatas tanah-tanah yang subur. Kemudian pada masa Yunani, pusat air di Faiyum dikenal dengan nam Danau Moeris.
Pada Zaman Kerajaan Baru, bentuk kuil-kuil cenderung tidak berubah. Walaupun para Firaun kerap kali merusak karya kuil yang lama untuk digantikan yang baru, tetapi ada juga yang memberi tambahan bangunan meskipun kelihatannya kurang harmonis. Sebelum dibangun kuil maka pertama kali dibuat tugu, relief, dan inskripsi dari huruf hieroglyph untuk memperingati raja yang membangun. Biasanya tugu-tugu itu terletak didepan kuil. Tata ruang kuil terdiri dari sebuah biara, tempat suci dewa, upacara keagamaan dan penyimpanan perlengkapan kuil. Ting-tiang kuil dilapisi dengan pohon papyrus. Pintu gerbang, tiang-tiang, tembok dan langit-langit dipenuhi dengan lukisan-lukisan dan pahatan yang menggambarkan raja sedang mengalahkan musuh-musuh atau sedang memimpin peperangan. Ada juga lukisan tentang pemujaan terhadap dewa-dewa. Langit kuil dicat dengan warna biru berkilauan seakan-akan menggambarkan bintang-bintang yang bertaburan di langit. Tembok berwarna hitam, merah, biru atau kuning.
Bangunan kuil semacam itu terdapat di Karnak, dipinggir timur Sungai Nil, sebelah utara Thebes. Kuil ini merupakan bangunan yangdidirikan secara berkesinambungan mulai dari dinasti Thutmoose I dari wangsa ke-19 sampai Firaun Amenhotep III. Kuil ini paling besar dan luas.
SENI LUKIS DAN SENI PAHAT
Berkembangnya kedua bidang seni ini selalu mengikuti keadaan politik. Dalam seni membuat patung, pada masa permulaan Kerajaan Pertengahan menunjukkan ketika imam dan gubernur propinsi (nome) membatasi kekuasaan Firaun. Dengan demikian Firaun semakin tampak sebagai dewa yang juga nampak sebagai manusia. Seniman melukis Firaun dengan sikap dan wajah angkuh. Sedangkan pada Zaman Kerajaan Pertengahan, penampilan dan perwajahan Firaun menggambarkan sikap tegang dan letih., seolah-olah menanggung bebab betapa beratnya tugas pemerintahan.
Pada Zaman Kerajaan Baru, terutama ketika Amenhotep III, tingkat seni Mesir mencapai puncaknya. Seni arsitektur Mesir mencapai mutu yang tertinggi dengan bentuk bangunan yang berukuran besar dan keindahan yang sangat tinggi.seni pahat dan seni lukis saling berpacu dengan seni bangunan. Pahatan dan lukisan menggambarkan kehidupan pesta-pesta atau pertunjukan pada zaman itu. Tetapi ada pula lukisan yang memperlihatkan kekejaman.
Patung-patung Firaun umumnya berukuran raksasa dengan ketinggian 70-90 kaki. Ciri seperti ini dihasilkan selam Kerajaan Baru. Penampilan patung biasanya mencerminkan ketegaran, dan wajah digambarkan seakan-akan tidak pedulidan tidak mengekspresikan emosi. Bentuk anatomi patung sering diubah-ubah, misalnya menambah panjang paha, mengutamakan bahu yang berbentuk empat persegi panjang atau membuat jari-jari tangan yang panjangnya sama. Contoh yang terkenal dari seni pahat non naturalistic adalah Spinx, yang memperlihatkan kepala Firaun dengan tubuh singa. Mungkin maksudnya agar Firaun memiliki kekuatan dan keperkasaan seperti singa.
Kebiasaan membuat makam Firaun dan bangsawan disepanjang lembah tetap diteruskan. Para ahli sejarah mengetahuinya dari lukisan atau dari relief-relief yang ditemukan di tempat berdoa di makam-makam tersebut. Para seniman telah dibatasi dengan ketentuan-ketentuan dalam karyanya. Tetapi ada kalanya ketentuan itu tidak diikuti dengan ketat. Para seniman ada juga membuat karya berlandasan semangat yang yang bernada humor satire. Lukisan yang memperlihatkan budak-budak Asiatik dan Nubia dengan para pangeran yang begitu terhormat merupakan sebuah petunjuk bagi sarjana-sarjana modern tentang keadaan rasial yang rumit di masyarakat Mesir. Seniman Mesir memiliki ketrampilan yang sama dengan para kartunis modern. Di dalam makam pendeta tertinggi Pthaah yang terteletak didekat Memphis terdapat relief-relief anak-anak meratapi orang yang mati. Kemudian dilukiskan pula tentang adat istiadat serta tugas-tugas para pejabat. Lukisan-lukisan yang terdapat pada peninggalan Amenhotep memperlihatkan rasa simpati terhadap alam yang sama pula dengan hasil lukisan dari Kerajaan Lama. Pengganti Amenhotep hanya mampu mengembangkan seni lukis. Sesudah kematiannya maka seni menjadi menurun.
SENI SASTRA
Dalam karya sastra Mesir juga dikenal tiga bentuk, yaitu puisi, prosa dan roman. Peradaban Mesir yang panjang tak ketinggalan mampu menyajikan karya-karya kesusteraan yang sangat menarik. Melalui karya itulah para ahli sejarah dapat mengungkapkan kembali bagaimana keadaan Mesir dahulu.
Dua buah puisi yang terkenal yang tercipta pada masa peralihan dan kekacauan adalah Memphite Drama dan Song of The Harpa Players. Keduanya berisi filsafat hidup. Song of The Harpa Players mengungkapkan dunia setelah mati.
Pada Zaman Kerajaan Pertengahan terdapat ramalan Ipuwer, yang meramalkan akan timbulnya kesengsaraan pada masa dinasti ke-12 dan juga meramalkan akan datangnya perdamaian dan kemakmuran yang akan dating. Selain itu juga beberapa prosa, misalnya yang berjudul “Bata” merupakan karya campur aduk antara fantasi dengan mitologi. Isinya mengungkapkan seorang istri yang mencoba merayu adik iparnya.
Roman yang menarik antara lain Sinuha, menggambarkan rasa nasionalisme ang tinggi orang Mesir terhadap tanah airnya. Sinuha setelah bertahun-tahun berkelana keluar negeri akhirnya kembali ke tanah kelahirannya. Juga dalam roman Arabian Nights terdapat cerita orang yang berjasa, berjudul Shipwrecked Sailor.
TATANAN RELIGIUS DI MESIR KUNO
KESEMPURNAAN AGAMA ORANG-ORANG MESIR
Orang Mesir dari semua kalangan taat beragama. Akibatnya adanya masa peralihan pertama maka timbulah berbagai perubahan sosial yang menyangkut kehidupan beragama terutama dalam bentuk pujaan dewa. Semula pemujaan dewa Osiris hanyalah berlaku di kalangan keluarga kerajaan dan para imam saja. Tetapi kemudian pemujaan Osiris merakyat, bahkan menjadi sebuah cabang Agama sebab Osiris dianggap sebagai dewa kematian dan terdapat suatu kepercayaan bahwa ia akan memberi perlindungan kepada pemujanya pada kehidupan sesudah mati.
Lambat laun agama orang mesir berkembang dengan dipadukannya pemujaan Osiris dan pemujaan dewa matahari , RE. Kedua dewa ini dianggap sebagai dewa yang memberikan kebaikan di dunia dan mereka saling bekerja sama untuk memelihara kebenaran di dunia. Pada masa ini agama orang mesir menjadi jelas karena bentukpenujaan tidak bercabang-cabang lagi, dengan demikian etika kehiduapan juga mengalami perubahan karena orang mesir lebih mememntingkan sikap yang adil guna mendapat pemberkatan dewa. Sejalan dengan perkembangan agama maka keadaan politik juga ikut menentukan. Masa akhir kerajaan pertangahan di tandai dengan melemahnya kekuasaan Firaun. Kekacauan demi kekacauan terus melanda mesir dan tidak adanya pemimpin kuat menyebabkan para pendeta dan imam memperkuat kekuasaanya. Etika-etika kehidupan banyak yang di tenggelamkan oleh para pendeta, sebagai gantinya mereka menciptakan berbagai mitos yang penuh dengan tahkhayul dan sihir.
KEKUASAAN PARA PENDETA
Keadaan negara yang tidak menentu di pergunakan oleh para pendeta untuk memeperluas kekuasaanya .Cara yang di tempuh adalah dengan mnekut-nakuti rakyat melali takhayul dan ilmu sihir, yang merupakan agama ciptaanya. Keserakahan semakin menjadi-jadi, para pendeta memperkaya diri sendiri dengan memaksa rakyat untuk membeli mantra-mantra yang ditulis dalam kertas pairus disebarkan kepercayaan di kalangan rakyat, jika mereka membeli mantera itu untuk di letakan di makam-makam maka jalan menuju ke surga semakin mudah. Tetapi jika mereka tidak membeli maka bencana yang beruntun akan menimpa.
Pada zaman kerajaan baru, karena kedudukan pendeta sangat menguntungkan maka tidaklah heran banyak orang berminta jabatan imam untuk mendapatkan jaminan seumur hidup. Jabatan imam pendeta diperdagangkan bahkan untuk membacakan doa pada saat pemakaman juga di kenakan tarif. Hanya orang yang mampu saja dianggap oleh para pendeta masih berada dalam kalangan para dewa-dewa yang tak dapat mati, bahkan bisa menjadi dewa Osiris.
REVOLUSI KEAGAMAAN IKHANATON DAN AKIBATNYA
Adanya kemunduran agama yang disebabkan oleh ilmu sihir dan juga sistem religi yang semakin rumit ditambah lagi dengan menyusutnya kekuasaan imam bertambah, merupakan keadaan yang terdapat di Mesir sampai pada awal pemerintahan Amenhotep IV.
Amenhotep IV (1380-1363 SM) adalah seorang firaun yang gagah dan mempunyai pendirian yang kuat untuk menegakan ide-idenya. Setelah beberapa kali usaha untuk memperbaiki agama agar jauh dari keburukan mengalami kegagalan maka Amenhotep IV terpaksa harus mengadakan perubahan besar-besaran terhadap kepercayaan di Mesir. Sang firaun juga seorang penganut agama yang taat dan hanya memeusatkan perhatian pada satu masalah saja, yaitu mengubah keadaan dalam negeri tanpa memperhatikan keadaan luar negeri. Usahanya yang tidak kenal lelah terus dijalankan dengan tujuan melawan birokrasi yang buruk, dan melawan kekuasaan pendeta yang merajalela serta menggerogoti kekuasan firaun. Amenhotep IV dengan tegas menusir pendeta yang tinggal di kuil-kuil dan menepatkan orang-orang dari kalangan tentara dalam birokrasi kerajaan.
Amenhotep IV mengubah nama dirinya menjadi Ikhanaton yang berarti memeuaskan. Cara-cara yang ditempuh dalam pembaharuan agama dengan mengajarkan sebuah agama yang sifatnya monotheisme yaitu memuja hanya satu dewa. Dewa yang satu ini oleh Ikhanaton dinamakan Aton yang dilambangkan dengan cakram matahari. Agama yang memuja dewa ammon yang telah berlangsung turun-temurun di kalangan rakyat Mesir, tiba-tiba di ubah. Dengan faham yang sangat fanatik , Ikhanaton memerintahkan bawahanya untuk menghapus nama dan gambar dewa Ammon dari semua kuil dan makam. Tempat-tempat suci dewa ammon ditutup, patung-patung nya dihancurkan dan para pendeta di tangkap. Sebaliknya ia memerintahkan membuat lagu-lagu pujian dan doa untuk menghormati dewa Aton. Penghalang utama dari pembaharuan agama di Mesir adalah orang –orang kuil dan pendeta yang bermukim di ibukota kerajaan, yaitu di Thebes. Tempat ini merupakan pusat pemujaan dewa Ammon.
Amenhotep IV atau Ikhanaton meninggalkan ibukota dan mendirikan ibu kota yang baru, yaitu Akhenaton yang terletak 200mil sebelah utara Thebes. Ikhanaton kemudian menyatakan perang terhadap para pendeta di kota Thebes. Rakyat menerima perubahan agama dengan kebingungan karena belum siap dan rakyat kurang menyukai penujaan terhadap satu dewa (monolitik). Ikhanaton tidak berhasil menegakan dewanya, sehingga keadaanya menjadi kacau.
Revolusi ikhanaton berakhir menjadi lemah kembali. Para pendeta kini tampil lagi untuk berkuasa dan mencari kekayaan. Takhayul lama dihidupkan kembali. Sebagian besar etika agama bangsa mulai hilang perlahan-lahan dan golongan berpendidikan lambat laun melupakan ajaran Ikhanaton. Meskipun dewa amon tidak lagi digunakan tetapi ia tetap dihormati.
Pengubahan kecil terjadi pada sifat dewa aton yang masih diakui yaitu beberapa sifat dewa di alihkan menjadi Ammon Ra. Perlu diketahui bahwa permaisuri Ikhanaton adalah nefertiti yang berwajah cantik dan anggun. Gamabr dan patungnya masih banyak di jumpai di Mesir hingga hari ini.

1 komentar: